Berikut UAS atas nama Dwi Yudo N. 13420247 5A PBI
PPT UAS ITC
Dwi Yudo N.
About Us
Sabtu, 09 Januari 2016
Senin, 16 November 2015
Senin, 09 November 2015
RPP Bahasa Inggris
Bagi yang ingin mencoba mempelajari RPP lebih lengkap bisa melihat lebih lengkap melalui link RPP Bhs.Inggris
Senin, 19 Oktober 2015
Sambangi GBK, Ahok: Bobotoh Jangan Kampungan Ya.
Jelang final Piala Presiden 2015, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama menyapa suporter Persib Bandung, bobotoh di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Dalam kesempatan ini pria yang akrab disapa Ahok itu menyampaikan pesan khusus kepada pendukung Pangeran Biru.
Ahok tiba SUGBK sekitar pukul 14.45 WIB. Menaiki Anoa, kendaraan tempur milik TNI, mantan bupati Belitung Timur tersebut tampak melambaikan tangannya kepada Bobotoh saat mengitari ring road GBK. Kedatangan Ahok pun langsung disambut hangat oleh Bobotoh sembari menyanyikan lagu "Halo-halo Bandung".
Dalam sambutannya, Ahok meminta Bobotoh bisa menjaga Jakarta. Ahok juga menjamin keselamatan suporter Persib selama berada di ibu kota.
"Kalau ada remaja asal Jakarta yang menimpuk (suporter Persib) dan dia masih sekolah, kami akan menanyakan sekolahnya di mana. Saya akan cabut kartu pintarnya. Walaupun saya sayang sama mereka, tapi kalau salah harus dihukum," ucap Ahok.
Penerus Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta itu berharap Bobotoh tidak memicu keributan jika timnya menerima pil pahit di SUGBK.
"Persib difavoritkan menang. Tapi bola itu bundar, Persib bisa saja kalah. Saya tidak mau jika Persib kalah, suporternya malah ribut di dalam stadion. Kalau menang, kami jamin tidak ada yang melempar mereka di Jakarta," katanya.
"Untuk Bobotoh tolong bersikap lebih elite, jangan kampungan. Ini tempat kita bersama, jadi jangan buang sampah sembarangan," Ahok menegaskan.
Pada pukul 19.00 WIB, Persib akan menghadapi Sriwijaya FC pada final Piala Presiden. Hingga saat ini, ribuan Bobotoh sudah mengerubungi SUGBK
Minggu, 18 Oktober 2015
CERITA NAHAS PENGEMUDI GOJEK
Fenomena GoJek yang akhir akhir ini sedang booming tenntu tidak asing di telinga para netizen. Tentu saja perkerjaan ini juga memiliki resiko tersendiri seperti kecelakaan atau dikecam dan oleh para tukang ojek yang tidak menjadi anggota perusahaan mereka, namun dibalik semua itu para gojek memiliki ceritanya masing-masing. Beberapa cerita tersebut sudah saya rangkum ke dalam blog saya, so mari kita baca cerita apa saja yang dialami oleh para gojek.
Mungkin di jidat saya ada tulisan ‘Orang ini bisa jadi tempat
curhat’, sehingga para pengemudi Gojek tidak ragu menceritakan semua hal yang
mereka alami ke saya. Ada saja cerita yang mereka bagi selama di perjalanan
mengantar saya ke mana pun.
Dari
cerita bahagia sampai cerita yang nahas banget. Sampai-sampai kalau yang
bercerita itu rada-rada keren, bawaannya pengen menyandarkan kepala ini ke bahu
mereka sambil mengelus pundaknya, lalu berkata,”Abang yang sabar. Ceritain saja
semuanya, biar lega. Saya siap, kok, mendengarkannya.”
Semua
mengalir begitu saja. Dimulai dengan obrolan basa-basi seperti; kerja di mana?
Sudah lama menggunakan Gojek? Tidak dijemput pacarnya? berakhir dengan curhat.
Bahkan, tempo hari ada pengemudi Gojek yang menolak tambahan ongkos dari saya.
“Tidak usah ditambah, kak. Kakak mau mendengarkan cerita saya saja sudah bonus
bagi saya. Kalau saja saya narik dari pagi, kakak saya gratis, deh,” kata
pengemudi Gojek yang ternyata seumuran dengan adik saya.
Berikut
cerita-cerita nahas yang mereka bagikan ke saya;
1. Kena SP karena digodain Gay
Cerita ini
bermula ketika tanpa sengaja motor kami berada persis di belakang motor seorang
pria yang dirangkul erat seorang pria juga. Posisi motor mereka di tengah
dengan laju yang sangat lambat. Diklakson tidak digubris. Yang bikin abang
Gojek naik darah, sewaktu mereka pasang lampu sen kanan, beloknya ke kiri. Kami
hampir tabrakan. Pertengkaran pun hampir terjadi kalau saja mereka tidak minta
maaf duluan.
“Saya
bukan orang yang menolak keberadaan kaum seperti mereka. Tapi tahu tempatlah.
Masa bermesraan di jalanan umum kayak tadi,”
“Namanya
juga orang lagi jatuh cinta, Bang. Yang normal saja terkadang noraknya sama
kayak mereka,”
“Saya
pernah kena SP gara-gara gay juga, Mbak,”
“Kok?”
“Waktu itu
saya dapat penumpang cowok dari diskotek daerah Senayan. Di tengah jalan malah
berulah. Tangannya iseng banget. Saya bilang ke dia kalau saya tidak suka
di-gituin. Eh, dianya malah cuek. Saya turunin saja di daerah Cilandak,”
“Lalu?”
“Lalu saya
di-SP karena nurunin penumpang belum sampai tujuannya. Saya cerita juga
percuma, karena saya bakal dianggap salah juga. Soalnya, penumpang tersebut
belum sampai tahap kekerasan. Cuma saya kan risih, Mbak,”
“Ya ampun,
Pak. Kasihan bapaknya,”
“Makanya
saya rada-rada trauma. Nggak mau dulu ngangkut penumpang tengah malam yang
sekiranya dari tempat-tempat kayak begitu,”
2. Diusir ojek pangkalan
Ojek
pangkalan vs ojek berbasis online seperti Gojek bukanlah cerita baru. Ojek
pangkalan kebakaran jenggot begitu tahu Gojek mengeluarkan promo gila-gilaan.
Jumlah penumpang mereka berkurang, jumlah pengguna Gojek bertambah banyak.
Namun, bukan itu masalahnya yang terjadi pada pengemudi Gojek berinisial SM
(23)
SM cerita
pernah diusir bapak-bapak dari ojek pangkalan sewaktu dia berhenti di sekitar
gedung perkantoran di Sudirman.
“Padahal
saya cuma istirahat doang, Kak. Bukan mau ambil penumpang,”
“Kamu
nggak bilang kayak gitu ke mereka?”
“Sudah,
Kak. Mereka bilang bukan mereka mau musuhan sama supir Gojek,”
“Lalu?”
“Karena
saya muda, Kak. Mereka takut kalah saing,”
“NGOK!”
SM ini
mahasiswa ekonomi di salah satu universitas swasta terkemuka di Jakarta Barat.
Motornya keren. Tampangnya lumayanlah. Nemu brondong kayak begini dan rada
tengil, bawaannya pengen ngejual dia ke tante-tante. Nurani mami-mamiku
berkata, SM ini bakal laku kalau dijual.
3. Korban begal
MAS,
pengemudi Gojek yang mengantar saya pulang tiga hari yang lalu, katanya hampir
menjadi korban begal di daerah Bekasi. Kejadian itu sekitar pukul 02:00 dini
hari, usai mengantar penumpangnya. Begitu keluar komplek, dia dihadang dua
orang pengemudi motor dan menyuruhnya turun. MAS dipaksa menyerahkan motornya
jika tak ingin mati sia-sia. Namun MAS bukan tipe orang penurut. Dia siap
meladeni permintaan dua orang berhelm itu.
“Prinsip
saya, selagi bisa dilawan, akan saya lawan. Yang penting lawan dulu,”
“Tapi
mereka bawa celurit Bang,”
“Celurit
doang, Mbak. Kalau kata Tuhan belum saatnya saya meninggal, celurit nggak bakal
bisa mencabut nyawa saya,”
“Akhirnya
gimana, Bang,”
“Alhamdulillah,
saya selamat. Motor saya aman,”
“Ribut
dong,”
“Belum
sempat ribut, ada mobil polisi yang kebetulan melintas. Saya teriak aja, eh,
mereka kabur,”
“Hahaha..
Syukurlah, Bang,”
“Makanya,
saya rada was-was juga ke daerah sini,”
“Di sini
aman kok Bang, Insya Allah,”
“Nggak
aman pun kalau penumpangnya kayak si Mbak, bakal tetap diantar. Itu mah urusan
belakang,”
“Si Abang
bisa aja! (dalam hati: elo nggak tahu aja gw cowok. Kalau gw bilang gw cowok,
elo bakal nyesel pernah ngomong kayak begitu. HA HA HA),”
4. Orderan Go-Food dari ojek pangkalan
Sebagian
pengemudi Gojek sudah tahu pemesan Go-Food beneran dan pemesan bodong. Pemesan
bodong ini kebanyakan ojek pangkalan yang tentu saja masih belum terima akan
kehadiran Gojek di hidup mereka.
Salah satu
korbannya adalah BD, yang baru dua bulan jadi pengemudi Gojek. Siang hari, di
hari yang sama sewaktu mengantar saya pulang malam harinya, BD mengalami
kerugian dengan nominal yang tak sedikit.
Orderan
Go-Food dari kawasan Antasari masuk ke gawainya. Ada pun pesanannya berupa
martabak Boss di belakang Sarinah. Setibanya di tempat martabak tersebut, DB
menghubungi pemesan menanyakan ada tambahan lain atau tidak. Empat kali
dihubungi, tidak ada respons sama sekali. Karena baru, DB tetap membeli
martabak itu sesuai pesanan. Begitu dia tiba di alamat yang tertera di
aplikasinya, tak ada tanda-tanda ‘kehidupan’. Dia coba menghubungi kembali si
pemesan tersebut. Kali ini nomor yang dituju benar-benar tidak bisa dihubungi.
“Saya
balik aja ke pangkalan. Saya makan martabak itu ramai-ramai sama pengemudi
lainnya, kak,”
“Ya ampun,
jahat banget. Mana nggak bisa minta ganti rugi dari kantor pula, kan?”
“Iya. Saya
dikasih tahu sama pengemudi yang lain, kalau kayak begitu biasanya kerjaan
ojek-ojek pangkalan. Apalagi pas saya kasih tahu alamatnya,”
“Dih,
jahat banget,”
“Pengemudi
yang makan martabak saya akhirnya pada patungan seikhlasnya. Cuma sayanya jadi
nggak enak sama mereka,”
“Berarti
itu rezeki kamu,”
“Cuma
sayanya nggak enak sama mereka. Saya jadi hati-hati menerima pesanan Go-Food,”
“Iya, ih,
harus lebih waspada,”
5. Dicemburui pacar penumpangnya
Lebih
nahas lagi pengemudi Gojek yang mengantar saya pulang sebulan yang lalu. Suatu
hari pernah mendapat penumpang yang ternyata lagi ribut sama pacarnya.
Kebetulan pula si Abang ini baru jadi pengemudi Gojek. Belum dapat atribut
Gojek. Plus, motornya juga bukan motor kebanyakan pengemudi Gojek.
Motornya
CC besar, badan si pengemudi Gojek ini tegap, wajahnya menawan, usut punya usut
ternyata Sales Promotion Boy. Rupanya, si pacar penumpangnya ini ngikutin sejak
dari kantor ceweknya.
“Motornya
tiba-tiba berhenti di depan motor saya. Teriak-teriak suruh ceweknya turun. Dan
mengira saya ini selingkuhan ceweknya. Lah, saya jadi keder,”
“Buahaha..
Cemburu amat,”
“Si
cowoknya malah bilang, kalau cewek yang ada di motor saya itu masih resmi
pacarnya. Saya semakin bingung,”
“Dilawan
nggak, Bang,”
“Penumpang
saya itu bilang ke pacarnya kalau saya ini tukang ojek. Eh, pacarnya malah
kayak curhat gitu ‘Oh, gitu, kamu anggap semua pacar kamu itu cuma tukang ojeg?
Kegep selingkuh masih cari alasan?’. Asli, saya bingung,”
“Lalu,
lalu?,”
“Si
ceweknya buru-buru ngasih uang ke saya dan nyuruh saya cepat-cepat pergi.
Lumayan Mbak, gocap. Yasudah, saya pergi saja. Makanya, saya takut nih bawa
Mbak,”
“Kenapa
takut?”
“Itu cewek
biasa aja pacarnya cemburuan begitu, apalagi Mbak yang cantik begini, pasti
pacarnya lebih cemburuan,”
“Tenang,
nggak bakal ada yang cemburu. Nggak ada pacar juga,”
“Masa sih,
Mbak? Secantik Mbak begini belum punya pacar?,”
“Hehehe…”
“Mbaknya
pasti pemilih. Pastinya orang-orang kayak saya nggak masuk kriteria Mbak,”
“Hehehe…”
6. Jauh-jauh yang diantar cuma obat
“Pak, dua
bulan jadi pengemudi Gojek, pernah ngalamin hal buruk apa saja?”
“Bersyukur,
Neng, belum pernah ngalamin yang buruk-buruk.Ribut sama ojek pangkalan juga
nggak pernah,”
“Syukurlah.
Rada seram juga baca berita akhir-akhir ini, pengemudi Gojek diajak ribut sama
ojek pangkalan,”
“Kalau
kaya gitu sih alhamduillah nggak pernah. Paling pernah sekali, menerima orderan
Go-Send jauh-jauh, nggak tahunya cuma obat di dalam plastik kresek,”
“Obatnya
mungkin susah dicari kali, Pak,”
“Iya, sih,
Neng. Waktu itu kebetulan saya habis nganter penumpang ke Tangerang. Di sana
dapat order Go-Send ke Kelapa Gading. Saya samperin ke rumahnya, si pemilik
rumah ngasih satu plastik hitam berisi obat. Si Ibunya bilang, ini obat susah
dicari, tolong jaga baik-baik,”
“Berarti
bapak dapat pahala hari itu,”
“Dapat
bonus juga, dek. Ongkosnya kisaran Rp 100 ribuan, dikasihnya lebih karena itu
obat penting banget,”
“Wah,
asyik dong, Pak,”
“Hooh,”
7. Balik ke tempat semula
Kejadian
ini dialami pengemudi Gojek yang bakal mengantar saya ke Rumah Sakit
Persahabatan. Sedikit lagi sampai di lokasi liputan tersebut, saya meminta si
Abang putar balik ke tempat semula karena liputan batal. Si Abang menyanggupi
padahal macet banget. Saya sendiri bingung mau bayar ongkosnya berapa duit.
Saya kasih Rp 35 ribu, si Abangnya nggak nolak. Habis di uang saya tinggal
segitu, sedangkan saya harus buru-buru.
Jadi,
menurut saya, si Abang nahas Jumat siang itu
Kalau kalian pernah dapat cerita nahas apa dari pengemudi Gojek
atau pengemudi ojek lainnya?
Sabtu, 17 Oktober 2015
Ini Alasan Mengapa Darurat Asap 2015 Harus Ditetapkan Menjadi Bencana Nasional
Bencana darurat asap di tahun 2015 ini nampaknya masih tetap berlangsung lama. Sulitnya memadamkan api yang membakar lahan gambut mengindikiasikan bahwa kabut asap tak akan menghilang dalam waktu dekat. Imbasnya, jutaan warga di 6 provinsi terdampak kabut asap yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan mau tak mau harus tetap sabar melewati hitungan hari dengan pekatnya kabut asap.
Dilansir dari BeritaSatu, sebanyak 25,6 juta penduduk di Pulau Sumatera dan Kalimantan masih menghirup udara tak sehat jauh di atas kadar berbahaya, ancaman ISPA dan matinya perekonomian akibat tak ada transportasi udara pun terus mengancam. Entah sampai kapan kabut asap dapat berakhir. Bahkan banyak pihak memprediksi, kondisi kabut asap yang menerjang Indonesia di tahun 2015 ini bisa menjadi lebih parah dari kondisi kabut asap dan kebakaran hutan terburuk di tahun 1997 silam.
Berangkat dari kenyataan tersebut, ada pihak yang merasa ganjil mengapa Presiden Jokowi belum juga menetapkan bencana kabut asap sebagai bencana nasional? Padahal Presiden Joko Widodo sudah mengunjungi tiga daerah terdampak asap, namun kabut asap masih tetap mengepung dan belum juga bisa tertangani. Salah satu yang menuntut status bencana kabut asap sebagai bencana nasional adalah Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agus Hermanto, seperti yang dikutip dari CNN Indonesia.
Mengapa darurat kabut asap di tahun 2015 ini harus menjadi bencana nasional? Menurut Agus, jika kabut asap ditetapkan sebagai bencana nasional, maka seluruh sumber daya kementerian dan lembaga terkait dapat secara penuh bersatu menangani kabut asap hingga tuntas.
Padahal secara langsung lewat upaya hubungan bilateral, Presiden sudah meminta bantuan dari pihak internasional untuk membantu memadamkan asap. Di bawah komando BNPB, sudah ada beberapa pesawat dan helikopter spesialis pemadaman kebakaran hutan yang dikirimkan Malaysia, Singapura, dan Rusia dalam operasi water bombing di sekitar titik api Sumatera.
Namun walaupun belum menetapkan sebagai bencana nasional, pemerintah melalui perintah langsung Presiden terus memantau bagaimana perkembangan kondisi kabut asap di enam provinsi terdampak. Masih dilansir CNN, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, selain menggelar rapat terbatas khusus membahas soal asap, Presiden juga langsung mengujung beberapa daerah yang terdampak kabut asap.
Di tengah desakan ditetapkannya bencana kabut asap sebagai bencana nasional, muncul pesanbroadcast yang dikirim netizen Afni Zulkifli atas nama masyarakat Riau. Isi pesan tersebut sebagai berikut:
“Hari ini asap pekat kembali menyelimuti Riau. Kepekatannya mungkin empat kali lipat dari sebelumnya. No electric, no school, no flight, no oxygen. Demi Allah, ini terasa seperti genosida! Negara sedang membunuh 6,3 juta rakyat Riau pelan-pelan.”
“Kami cuma diberi masker kue, bukan masker standar sesuai status tanggap darurat bencana. Kualitas udara bukan lagi berbahaya, tapi sudah merusak bahkan membunuh. Partikel berbahaya ini sudah dua bulan kami hirup tanpa henti. 24 jam setiap hari. Sudah 55 ribu warga, mayoritas balita dan orang tua, bertumbangan karena asap. Ini bukan lagi bencana biasa.”
Category: Kebakaran Kerusakan Lingkungan Tags: #DaruratAsap, Asap Sumatera, Kabut Asap, Kebakaran hutan
Langganan:
Postingan (Atom)